Retorika dan Public Speaking



RETORIKA DAN PUBLIC SPEAKING







Oleh  


NAMA               : F A R H A
NIM                   : 50100114038
JURUSAN         : KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2016


@    RETORIKA DAN PUBLIC SPEAKING
Retorika dalam bahasa inggris rhetoric bersumber dari perkataan latin rhetorica yang berarti ilmu bicara. Cleanth Brooks dan Robert Pen dalam bukunya, Modern Rhetoric mendifinisikan retorika sebagai the art of using language effectively atau seni penggunaan bahasa secara efektif. Kedua pengertian tersebut menunjukkan  bahwa retorika mempunyai pengertian sempit: mengenai bicara, dan pengertian luas: penggunaan bahasa, bisa lisan, dapat juga tulisan. Oleh[1] karena itu, ada sementara orang yang mengartikan retorika sebagai public speaking atau pidato di depan umum, banyak juga yang beranggapan bahwa retorika tidak hanya berarti pidato di depan umum, tetapi juga termasuk seni menulis.
Menurut Dori Wuwur (1990: 14) pada dasarnya bertitik tolak dari berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat atau sekelompok orang dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertentu (misalnya menyampaikan informasi atau memberi informasi). Kemudian dikatakan bahwa pada awalnya retorika itu berkaitan dengan seni berbicara dengan baik berdasarkan bakat alam (talenta) dan kemampuan teknis. Hal ini menunjukkan bahwa pada awalnya retorika dipahami sebagai wahyu yaitu hanya orang-orang tertentu saja yang dapat memiliki kemampuan retorika yang baik. Oleh karena itu, seseorang akan menjadi sangat terkenal karena kemampuan retorikanya di depan khalayak banyak.
Dalam perkembangan berikutnya, retorika dipahami sebagai gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesanggupan berbicara. Dengan pemahaman ini retorika tidak dipandang lagi sebagai sesuatu yang “sacral”, seolah-olah seperti ‘‘takdir”. Pepatah latin ditulis Dori Wuwur (1990:15) sebagai berikut “ Poeta Nascitur, orator fit” artinya bahwa seorang penyair dilahirkan dan seorang ahli pidato dibina. Pepatah ini menunjukkan bahwa kemampuan seseorang untuk berpidato di hadapan orang banyak dapat dilatih atau dipelajari secara terus menerus (dibina). Beberapa orang yang kemudian dikenal sebagai ahli pidato seperti Dhomosthenes (pada masa kerajaan Yunani kuno), Winston Churcil (Inggris) ternyata mereka sebelumnya juga melakukan proses belajar yang intensif sehingga menguasai teknik berbicara dengan baik (Dori Wuwur, 1990: 15-16). Retorika yang baik pada dasarnya adalah berbicara dengan memerhatikan tempat dan waktu yang tepat dan pilihan kata yang tepat, dan mengesankan. Dengan demikian seseorang harus mampu berbicara secara jelas, singkat, dan efekif agar pembicaraan itu diperhatikan, didengarkan, dan mengesankan audien. Dalam konteks ini Dori Wuwur (1990:15-16) mengutip pepatah Cina yang menyatakan “orang yang menembak banyak, belum tentu seorang penembak yang baik. Orang yang berbicara banyak tidak selalu berarti seorang yang pandai bicara”. Pepatah ini pada dasarnya memberikan peringatan kepada kita bahwa kalau berbicara terutama di hadapan orang  banyak, sebaiknya dipersiapkan dengan baik dan memerhatikan beberapa hal, seperti topiknya, tujuannya, audiennya, tempatnya, dan sebagainya. Analisis ini penting bagi seorang pembicara untuk menentukan strategi agar pembicaraan itu dapat efektif.
Dalam pengertian sehari-hari retorika disamakan dengan pidato. Secara sosiologis pidato dalam kehidupan masyarakat sering dikaitkan dengan struktur kekuasaan. Oleh karena itu, pidato sering diartikan sebagai proses berbicara di hadapan orang banyak yang dilakukan oleh orang-orang yang dianggap memiliki kedudukan (status) yang lebih tinggi. Perkembangan berikutnya pidato disamakan dengan sambutan dalam beberapa hal sering disebut dengan pengarahan. Oleh karena itu dalam kehidupan masyarakat, berbicara di hadapan orang banyak disebut  pidato, sanbutan, atau pengarahan. Biasanya pengarahan dilakukan dalam konteks komunikasi organisasi terutama komunikasi ke bawah (dari atasan ke bawahan). Dalam aktivitas ke Agamaan sering disebut dengan istilah ceramah. Retorika dalam pengertian seperti ini sering disebut dengan public speaking. Sebagai contoh, setiap tanggal 16 Agustus, presiden Indonesia selalu berpidato di hadapan publik (MPR) yang disebut dengan pidato kenegaraan. Setiap ada kunjungan pejabat, biasanya dilakukan pidato atau sambutan oleh pejabat yang hadir atau yang mewakilinya. Setiap menjelang pemilu atau pilkada maka sering diadakan berbagai acara kampanye yang diisi dengn pidato atau sambutan oleh mereka yang dianggap memiliki status lebih tinggi . Demikian juga dalam acara-acara seperti peresmian gedung baru, peresmian kantor cabang baru, pernikahan, syukuran, dan sebagainya. Dari pengamatan dapat dikatakan bahwa pidato atau sambutan dalam kehidupan masyarakat cenderung kurang mendapat perhatian, seolah-olah hanya sesuatu yang bersifat formalitas dan rutinitas saja.
@    KOMUNIKASI PUBLIK/RETORIKA
            Komunikasi Publik (Public communication) atau penyebaran informasi dari satu orang kepada banyak orang. Hal ini bukan merupakan konteks yang baru. Berbicara di depan umum telah ada sejak zaman dulu dan terus ada hingga saat ini. Dr. Phil, Bill Clinton, Bill Gates, Oprah Winfrey, dan Bono hanyalah beberapa dari banyak figur publik kontenporer yang sering kali dicari sebagai pembicara publik.
            Dalam berbicara di depan publik, para pembicara biasanya memiliki tiga tujuan utama dalam benak mereka: memberi informasi, menghibur, dan membujuk. Tujuan yang terakhir, persuasi adalah inti dari komunikasi retorika. Banyak dari prinsip-prinsip persuasi termasuk analisis khalayak, kredibilitas pembicara, dan penyampaian pesan merupakan bagian-bagian yang harus ada dalam proses persuasi.
            Pembicara public yang efektif berhutang kepada prinsip-prinsip retorik awal. Retorika (rhetoric) didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh pembicara untuk memengaruhi khalayaknya. Definisi ini telah dikembangkan bertahun-tahun yang lalu oleh Aristoteles. Retorika digambarkan sebagai suatu seni yang dapat menyatukan baik pembicara maupun khalayak (Hart, 1997). Penelitian mengenai retorika merupakan usaha-usaha yang melibatkan penelitian terhadap teks pidato, pidato pelantikan presiden, dan analisis retoris mengenai tema-tema kebudayaan.
            Salah satu bidang dalam konteks retorika public yang telah sering menjadi sorotan dalam penelitian adalah hambatan dalam berkomunikasi (communication apprehension-CA), atau rasa tidak nyaman atau tegang ketika berbicara di depan khalayak. Penelitian yang dilakukan oleh James McCroskey, Virginia, Richmond, dan kolega-koleganya, telah membantu dalam membentuk apa yang dipelajari oleh orang-orang dalam konteks retorika public. Batasan antara konteks-konteks yang ada sering kali menjadi kabur dan penelitian mengenai ketegangan berkomunikasi merupakan salah satu kaburnya batasan tersebut. Jelaslah bahwa konteks komunikasi publik/retorika ini berfokus baik pada teori maupun penelitian dan membutuhkan keterampilan.
            Pidato adalah kemampuan atau tindakan atau cara orang berbicara. Pembicaraan itu adalah juga sesuatu atau ucapan yang dikatakan. James. McBumey dan Emest J. Wrage memberikan definisi pidato sebagai “komunikasi gagasan dan perasaan dengan menggunakan lambang- lambang suara, kata-kata, perubahan nada, isyarat[2].  McBurney dan Wrage mengemukakan sepuluh buah prinsip, dari pidato yang baik.
1.      Pidato yang baik  adalah bertanggung jawab secara sosial.
2.      Pidato yang baik mengungkapkan seorang pembicara dengan persyaratan-persyaratan pribadi yang sehat.
3.      Pidato yang baik diarahkan untuk mengabdi pada satu tujuan tertentu.
4.      Pidato yang baik membicarakan pokok-pokok masalah yang penting.
5.      Pidato yang baik berdasarkan materi terbaik yang dapat ditemui.
6.      Pidato yang baik bersifat analitis.
7.      Pidato yang baik adalah berdasarkan metode yang sehat.
8.      Pidato yang baik meminta perhatian dan kepentingan pendengar.
9.      Pidato yang baik menggunakan suara dan gerakan tubuh secara efektif.
10.  Pidato yang baik menggunakan kata-kata, bahasa, dan gaya yang baik.[3]
@    PRINSIP-PRINSIP DASAR PENYAMPAIAN
Ada tujuh buah prinsip dasar penyampaian sebagaimana yang diberikan oleh White dan henderlider dalam Practical Public Speaking, yaitu:
1.      Penyampaian yang efektif menggunakan sepenuhnya baik kode yang tampak maupun kode yang terdengar.
2.      Penyampaian yang efektif disesuaikan dengan seluruh situasi berbicara
3.      Penyanpaian yang efektif adalah jujur.
4.      Penyampaian yang efektif adalah sederhana dan tidak dibuat-buat.
5.      Penyampaian yang efektif adalah yakin dan meyakinkan.
6.      Penyampaian yang efektif  tidak menarik perhatian kepada dirinya sendiri.
7.      Penyampaian yang efektif penuh semangat dan hidup.[4]
DAFTAR PUSTAKA
Carpio, Rustica C dan Anacleta M. Encarnacion. Private and Public Speaking.
Jakarta: Obor Indonesia, 2005
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi: teori dan praktek. Cet v; Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1999.
Suharsono dan Lukas Dwiantar. Komunikasi Bisnis: Peran Komunikasi
Interpersonal dalam aktivitas bisnis, Yogyakarta: CAPS (Center of
Academic Pblishing Service), 2013
West, Richard dan Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan
aplikasi, Jakarta: Salemba Humanika, 2009






[1]Onong Uchjana Effendy Ilmu Komunikasi dan praktek, (Jakarta :
[2] Rustica C. carpio dan Anacleta M. Encarnacion, Private and Public Speaking (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), h. 24
[3] Rustica C. carpio dan Anacleta M. Encarnacion, Private and Public Speaking (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), h. 26
[4] Rustica C. carpio dan Anacleta M. Encarnacion, Private and Public Speaking (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), h. 50
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MATERI DAKWAH

Kimia Sains